Saat Yesus mengucapkan kata-kata dalam Yohanes 13 ini, Ia sedang berada dalam momen yang sangat genting. Yudas Iskariot baru saja meninggalkan ruangan untuk mengkhianati-Nya. Kematian-Nya di kayu salib semakin dekat. Namun justru pada saat seperti inilah Yesus berbicara tentang kemuliaan. Kemuliaan seperti apa yang dimaksud? Bukan kemuliaan duniawi yang penuh tepuk tangan dan pujian, melainkan kemuliaan yang muncul melalui pengorbanan dan ketaatan kepada kehendak Bapa. Kemuliaan yang dinyatakan lewat kasih yang rela menderita bagi orang lain. Dari perikop ini, kita belajar tiga hal penting tentang Menjadi Saksi Kemuliaan-Nya:
Pertama Kasih yang Memuliakan Allah. Yesus menyebut perintah baru: saling mengasihi. Ini bukan sekadar anjuran untuk bersikap baik, tetapi perintah yang bersumber dari kasih-Nya sendiri. Kita diminta mengasihi seperti Kristus mengasihi kita, kasih yang tulus, mengampuni, mengangkat, dan menguatkan. Kasih seperti ini adalah saksi nyata kemuliaan Allah. Saat kita mengasihi orang yang menyakiti kita, ketika kita membantu tanpa pamrih, saat kita hadir bagi yang menderita—di situlah terang Kristus bersinar. Di situlah dunia bisa melihat siapa Tuhan yang kita sembah.
Kedua Kasih sebagai Identitas Murid Kristus. Yesus berkata, “Dengan demikian semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (ay. 35) Banyak orang mengenal kekristenan lewat Simbol-simbol: salib, gereja, liturgi. Namun yang paling kuat menyentuh hati adalah kasih nyata antar sesama. Inilah identitas sejati kita sebagai pengikut Kristus. Mungkin kita tak pandai berkata-kata, tetapi kasih kita bisa bersaksi lebih lantang dari seribu khotbah.
Ketiga Menjadi Saksi di Dunia yang Luka. Dunia hari ini dipenuhi berita tentang kekerasan, perpecahan, dan keputusasaan. Justru di tengah situasi seperti ini, kita dipanggil untuk menjadi saksi kemuliaan-Nya, bukan dengan kemarahan, tetapi dengan kasih. Kita dipanggil untuk menjadi: Pembawa damai di lingkungan yang penuh konflik, Pendengar yang setia bagi yang terluka, Pengampun bagi yang bersalah, Pelayan bagi yang tertinggal. Dengan hidup seperti ini, kemuliaan Kristus akan terlihat jelas dalam keseharian kita. Menjadi saksi kemuliaan Kristus bukanlah tugas para rasul saja, tetapi panggilan setiap kita hari ini. Mari bersinar melalui kasih. Karena lewat kasih itulah dunia akan tahu bahwa Kristus hidup di dalam kita.
Pertanyaan Refleksi:
1. Mengapa kasih menjadi identitas utama seorang murid Kristus menurut ayat 35?
2. Apa tantangan terbesar dalam mengasihi orang lain secara tulus?
3. Bagaimana cara kelompok PA kita dapat menjadi komunitas yang memuliakan Tuhan melalui kasih yang saling membangun?
Share :