Paskah adalah berita kemenangan. Tetapi menariknya, ketika kebangkitan Yesus pertama kali terjadi, para perempuan yang datang ke kubur tidak langsung bersukacita. Mereka datang dengan rempah-rempah, dengan air mata, dan hati yang berduka. Mereka mengira semuanya sudah berakhir. Namun, saat mereka melihat kubur kosong dan mendengar suara malaikat berkata, “Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit,” semuanya berubah.
Namun perubahan itu tidak terjadi begitu saja. Perhatikan apa yang dikatakan malaikat: “Ingatlah akan apa yang telah dikatakan-Nya kepada kamu...” (ay. 6). Mereka perlu mengingat. Ingatan akan sabda Kristus menyalakan kembali iman mereka. Lalu mereka percaya. Dan karena mereka percaya, mereka pun berlari dan menjadi saksi bagi murid-murid yang lain. Itulah alur spiritualitas Paskah: mengingat – percaya – menjadi saksi.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pun sering seperti perempuan-perempuan di kubur itu. Kita menghadapi masalah, kehilangan, atau kekecewaan. Dalam tekanan hidup, kita mudah lupa bahwa Tuhan pernah menolong, bahwa janji-Nya tidak berubah, bahwa kuasa kebangkitan-Nya masih bekerja. Kita perlu belajar mengingat kasih dan firman-Nya—melalui pembacaan Alkitab, doa, bahkan pengalaman hidup yang telah lewat.
Saat kita mengingat, iman kita diteguhkan. Kita bisa kembali percaya bahwa Tuhan sanggup memulihkan dan menuntun kita, bahkan dalam gelapnya hidup. Dan ketika kita percaya, hidup kita akan menjadi saksi—bukan hanya melalui perkataan, tetapi melalui kesabaran, pengharapan, dan kasih yang kita tunjukkan di rumah, di tempat kerja, di tengah Masyarakat. Kebangkitan Kristus bukan hanya peristiwa masa
lalu, tapi kuasa yang hidup hari ini. Mari kita mengingat-Nya, percaya kepada-Nya, dan menjadi saksi-Nya.
Pertanyaan Refleksi:
1. Apa yang bisa kita lakukan untuk terus mengingat dan menghidupi Firman Tuhan dalam keseharian?
2. Apa tantangan utama yang membuat kita sulit percaya sepenuhnya kepada kuasa kebangkitan Kristus hari ini?
3. Bagaimana menjadi saksi kebangkitan Kristus dalam pekerjaan, keluarga, masyarakat atau media sosial?
Share :