Koleksi Renungan

<< Kembali

Print

Baptisan Yesus Sebagai Solidaritas Allah

Ayat Bacaan : Lukas 3:15-17, 21-22, Penulis Pdt. Kristian Haryanto, S.Si.-Teol.

12-Jan-2025

Kisah tentang pembaptisan Yesus (Lukas 3:21-22) diletakkan setelah cerita tentang pemenjaraan Yohanes pembaptis. Kisah itu diletakkan di sini untuk menjelaskan pada para pembaca tentang solidaritas Yesus. Ia adalah Sang Penguasa sejati. Kekuasaan-Nya bukan kekuasaan duniawi. Kekuasaan duniawi sangat rentan
pada kejahatan. Di sini Lukas seolah membandingkan kekuasaan Herodes dan kekuasaan Yesus. Herodes memakai kekuasaan untuk mencari keuntungan bagi diri sendiri dan keluarganya. Apa pun dilakukan (termasuk melanggar hukum dan HAM) demi kesenangan dan ambisinya. Yesus tidak melakukan hal itu. Sebagai Mesias, Ia merendahkan diri-Nya.

Dua ayat dalam Lukas 3:21-22 padat makna. Pertama, baptisan Yesus merupakan puncak dari pelayanan Yohanes. Baptisan Yesus dimaknai sebagai sebuah cara Yohanes pembaptis menunjukkan kepada khalayak ramai tentang hadirnya Mesias yang membawa harapan baru. Kedua, doa Yesus menjadi momen Roh Kudus dalam rupa badani seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Pengurapan dengan Roh Kudus inilah yang nantinya akan membuat Ia membaptis dengan Roh Kudus. Ketiga, terdengarnya suara dari langit yang menegaskan: ”Engkaulah Anak-Ku yang terkasih, kepada-Mulah Aku berkenan” merupakan penegasan identitas Yesus sebagai Anak Allah. Anak Allah itu adalah Mesias. Dalam karya-Nya, Anak Allah yang terkasih itu menyatakan solidaritas bagi dunia yang membutuhkan penyelamatan Allah.

Pada hari ini gereja-gereja menghayati Minggu Baptisan Yesus. Baptisan adalah wujud solidaritas Allah dalam Kristus Yesus. Kesediaannya merendahkan diri, menerima baptisan bukan karena Ia orang berdosa. Ia menerima baptisan karena bela rasa-Nya terhadap manusia berdosa. Oleh karena itu, baptisan Yesus menjadi momentum mengingat baptisan kita semua. Mari kita mengingat, saat kita dibaptis. Saat pembaptisan dilakukan, nama kita disebutkan di dalam pembaptisan. Penyebutan nama merupakan sebuah kehormatan. Dari Yesaya 43:1-7 kita memahami bahwa Allah berkenan menyebut nama kita dan memasukannya di dalam hati-Nya karena Ia mengasihi umat-Nya. Dengan demikian, setiap orang yang dikasihi-Nya tidak perlu takut, sebab hidupnya disertai oleh Allah.

Melalui baptisan air yang dibawa oleh Yohanes pembaptis, umat Allah disadarkan perlunya hidup dalam pertobatan. Baptisan air saja ternyata belum cukup. Kehadiran Yesus menjadi proklamasi tentang hadirnya Sang Mesias. Ia membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api. Baptisan Yesus itu merupakan rahmat bagi mereka yang mau hidup dalam pertobatan. Wujud hidup yang bertobat adalah hidup dengan tindakan luhur, seperti: adil, murah hati, tidak melanggar hak-hak sesama manusia. Dengan demikian, menghayati baptisan Yesus berarti mengikut Dia yang mengarahkan manusia untuk hidup dalam solidaritas di tengah dunia yang membutuhkan penyelamatan Allah.

Pertanyaan Refleksi:

1. Teladan apa yang dapat kita ambil dari cerita Tuhan Yesus dibaptis?

2. Bagaimana sikap kita setelah menerima baptisan?

3. Lukas 3:16 jelaskan makna dari ayat tersebut?

Share :

<< Kembali