Bartimeus, seorang buta memperoleh anugerah dari Yesus Kristus. Ia disembuhkan dari butanya, sehingga bisa melihat alam semesta ini. Bartimesus berarti anak atau putera Timeus. Itu berarti bapaknya bernama Timeus. Sedang nama pribadi yag menunjuk kepadanya tidak terlihat. Panggilan Yesus Kristus kepada Bartimeus adalah pangilan kasih, yang membuahkan kesembuhan. “Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya”. (Mrk 10:52). Iman Bartimeus kepada Yesus Kristus menyembuhkan dirinya. Iman yang dinyatakan dalam pengakuan “Yesus Anak Daud, kasihanilah aku”. Yesus adalah Mesias, keturunan raja Daud, yang ditentukan Allah untuk menjadi Juru Selamat. Ke- Mesiasan-Nya dinyatakan kepada Bartimeus adanya kesembuhan dan anugerah.
Bartimeus adalah disabilitas sensorik. Ia tidak memiliki saraf sensor yang baik, sehingga tidak bisa melihat. Ia bisa dipanggil “si buta”, tetapi itu bukan panggilan yang layak bagi Bartimeus. Karena pangilan tersebut menunjuk pada kerendahan Bartimeus dan sikap merendahkan dirinya. Bukankah masih ada panggilan yang lain, misal: si ganteng, si penerima anugerah, si pengikut Yesus Kristus. Bartimeus yang sudah sembuh dari butanya adalah bukti kasih Allah kepada manusia, dalam wujud mukjizat. Dibalas oleh Bartimeus dengan mengikut Yesus dalam perjalanan-Nya. Sebuah ucapan syukur yang pantas dihargai. Dan, pantas di sebut “Bartimeus pengikut Kristus”.
Beberapa pihak menggunakan nama panggilan tertentu kepada seseorang, misal “Si buta dari goa hantu”, “Si Gundul”, “Jlitheng”, “Si Kribo” dll. Memang digunakan secara sengaja untuk menunjukkan identitas tertentu dan memiliki daya pikat bagi orang lain. Agar orang lain menonton acaranya, agar orang lain gampang mengingatnya. Tetapi, ketika memanggil nama sebenarnya atau aslinya, yang merupakan anugerah Allah melalui orangtuanya, merupakan hal yang lebih bijaksana. Terlebih ditambahi nilai positif atau keahliannya, misal: Si A bengkel, Si B juragan roti, Si C guru, si D pianist. Yang jelas, sebuah panggilan yang menggembirakan, menunjukkan persahabatan dan persaudaraan.
Sebuah nama terkandung doa di dalamnya. Orangtua memberikan nama “Tentrem”, agar kelak anaknya hidup tenteran dan damai sejahtera. Nama “Rahayu” dan “Slamet”, kelak anakku hidup dalam selamat, sejahtera, jauh dari musibah. Juga, nama “Untung”, kelak anak ini memperoleh keberuntungan, mujur dan bahagia. Pasti dibarengi dengan upaya manusia untuk memperoleh semuanya itu, melalui doa, khusuk dalam beribadah, semangat dalam bekerja, dan membuka diri atas anugerah Allah. Apapun yang terjadi adalah anugerah Allah, diterima dengan ucapan syukur.
Pertanyaan perenungan:
(1) Seruan “Yesus Anak Daud, kasihanilah kami” (Mrk 10:47), apakah termasuk panggilan layak dan benar?
(2) Apa yang menjadi reaksi Anda ketika orang lain memanggil Anda disertai kelebihan Anda?
(3) Apa yang menjadi pengalaman Anda terhadap pola panggil memanggil nama seseorang?
Share :