Kerinduan manusia terhadap Allah, dianalogikan Pemazmur bagai rusa merindukan air. Rusa yang rindu pada mata air untuk menghapus rasa haus dalam dirinya, sebagai lambang kerinduan manusia kepada Tuhan untuk menghapus rasa “kangen” dalam komunikasi rohani. “Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup...” (Mzm 42:2,3). Kerinduan manusia sebagai orang percaya kepada Allah adalah kondisi yang benar dan membanggakan. Ketika ada komunikasi rohani yang karib, maka nama Allah akan senantiasa dimuliakan, serta manusia terus menerima anugerah keselamatan dan damai sejahtera. Hadirnya shalom akan menghilangkan rasa tertekan dan gelisah.
Rasa tertekan dan gelisah adalah kondisi manusiawi yang bisa menghinggapi setiap insan manusia, tanpa pilih-pilih. Kondisi lumrah yang terjadi di dunia yang belum sempurna, dan masih terdapat dosa dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi harus ada pembeda bagi orang beriman, yaitu adanya pengharapan yang diserahkan kepada Allah. “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” (Mzm 42:6). Berpengharapan adalah rasa yakin bahwa Allah berkarya dan mengubah rasa tertekan dan gelisah menjadi bahagia, ketenangan, dan ucapan syukur. Allah adalah penolong bagi manusia, ketika manusia dalam kondisi tertekan, gelisah, dan galau hidupnya.
Rasa tertekan dan gelisah bisa menjadikan manusia menjauh dari jangkauan Allah. Namun, itu adalah tindakan yang tidak benar di hadapan Allah, dan menjadikan bertambahnya kegelisahan dan rasa tertekan dalam hidupnya. Karena manusia tidak mampu keluar dari rasa tertekan dan gelisah, serta mengandalkan diri sendiri yang tidak kuat. Mengandalkan Tuhan berarti manusia mau mengakui kekurangan pribadi, serta mengakui kekuatan Tuhan yang mampu mengeluarkan dirinya dari rasa tertekan dan gelisah. Manusia berpengharapan dibarengi dg rasa yakin atas kekuatan Tuhan, hadirnya solusi dalam hidupnya, serta mengucap syukur atas anugerah Allah. Keluarga sejahtera, anggota keluarga sehat-2 dan teguh iman kpd Yesus Kristus, suami-isteri mesra, anak-2 patuh kpd orang tua.
“Tuhan adalah penolongku dan Allahku” (ay. 6, 12), “Allah. Gunung batuku” (ay. 10) merupakan pernyataan iman Pemazmur kepada Allah. Allah adalah Yang Kuat, Sang Penolong, Maha Kuasa yang aktif bertindak dalam realitas hidup manusia. Rasa tertekan dan kegelisahan manusia tidak dibiarkan saja. Ia beritndak atas kuasa-Nya, sehingga rasa tertekan dan kegelisahan manusia diubah menjadi semangat hidup, berpengharapan bahagia, berserah diri dengan lapang dada, serta memuliakan Allah sorgawi sebagai ucapan syukur.
Pertanyaan Perenungan:
(1) “...Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” (Mzm 42:12), adakah kaitannya dengan rasa tertekan dan gelisah?
(2) Unsur apa yang dominan munculnya rasa tertekan dan gelisah?
(3) Strategi apa yang pernah Anda lakukan untuk terlepas dari rada tertekan dan kegelisahan?
Share :