Kerendahan hati seringkali menginspirasi orang banyak. Seorang pemimpin yang memiliki kerendahan hati akan lebih banyak diterima oleh publik dan kehadirannya dinantikan. Untuk menjadi pribadi yang rendah hati, diperlukan hikmat dan kematangan diri yang ditempa melalui pengalaman hidup yang tidak singkat. Kerendahan hati ini dapat terwujud dalam karakter seseorang jika ia mampu menjauhkan diri dari sikap pementingan diri sendiri.
Dalam Markus 9:30 dikatakan bahwa ketika melewati Galilea bersama para muridNya, Tuhan Yesus tidak mau diketahui orang, karena Ia mau mengajar murid-muridNya tentang kematian dan kebangkitanNya. Hal itu menunjukkan bahwa Tuhan Yesus sangat mementingkan tujuan utamaNya datang ke dalam dunia ini, serta rencana mempersiapkan para saksi mata, jauh-jauh hari sebelum Ia meninggalkan dunia ini. Tuhan Yesus tidak mengutamakan popularitas serta pada dasarnya Tuhan Yesus tidak suka menonjolkan diri. Teladan ini yang perlu kita tiru didalam kehidupan bahwa kita perlu tetap fokus pada pelayanan kepada Tuhan dengan tetap rendah hati.
Mengapa para murid mempertanyakan siapa yang terbesar? Tujuannya sudah jelas, yaitu ingin dihormati, ingin menguasai yang lain dan diangkat sebagai wakil mereka. Beberapa penafsir memaknai sikap para murid ini sebagai murid yang gagal, tak mampu menangkap isi pewartaan Sang Guru. Dalam Markus 9:35 Tuhan Yesus berkata:” Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” Karenanya dengan amat tegas Yesus menyatakan jika ingin menjadi besar harus rela menjadi pelayan. Inilah konsep kepemimpinan kristiani, pemimpin adalah pelayan atau pengabdi bukan penguasa. Seorang pemimpin adalah seorang yang rendah hati dan bersedia melayani. Di dalam Kerajaan Tuhan kebesaran seseorang diukur dari seberapa besar kesediaannya melayani. Maka jika para murid ingin menjadi yang terbesar, semestinya mereka berebut untuk menjadi pelayan mereka dan semua orang. Tuhan Yesus mengambil seorang anak kecil sebagai model yang harus disambut oleh para murid, sebenarnya Yesus ingin menekankan kehadiran-Nya. Jika kita menerima orang-orang lemah, sejatinya kita menerima Yesus.
Kerendahan hati seringkali menginspirasi orang banyak. Untuk menjadi pribadi yang rendah hati, diperlukan hikmat dan kematangan diri. Terlebih bagi kita orang percaya yang dipanggil untuk melayani di tengah dunia, kerendahan hati menjadi fondasi bagi pelayanan yang kita lakukan. Mari kita terus belajar menjadi pribadi yang rendah hati bagi hormat dan kemuliaan nama Tuhan.
Pertanyaan Refleksi:
1. Mengapa manusia ingin cenderung untuk dilayani dan bukan untuk melayani?
2. Mengapa kita perlu rendah hati didalam melayani Tuhan dan sesama?
3. Bagaimana cara kita agar tetap berkomitmen melayani dengan tetap rendah hati?
Share :