Yesus Kristus berfirman tentang diri-Nya sebagai “roti dari sorga”. Menunjuk pada kualitas diri-Nya “makanan rohani” yang memberi kenyang rohani/spiritual untuk selamanya. Yaitu, barang siapa “makan”, menerima dan percaya kepada-Nya akan menerima keselamatan kekal, selamanya di sorga. “Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya." (Yoh 6:58). Bagi manusia, perlu bertindak bijaksana, yakni mau menerima dan percaya kepada-Nya dengan sepenuh hati. Siap sedia hidup dalam kebenaran Allah dan menerima keselamatan hidup di dunia dan di sorga.
“Hidup Dipimpin Hikmat Kebijaksanaan” memiliki aspek-aspek, pertama: Firman Allah sumber kebijaksanaan. Raja Salomo terkenal dengan kebijaksanaannya. Ia hidup menurut firman Tuhan, seperti yang diteladankan Raja Daud, sang bapa yang juga setia pada firman Tuhan. Sehingga Allah memberi kesempatan baginya untuk memilih yang terbaik bagi dirinya. Apa yang dipilih Raja Salomo? Ia memilih bukan harta benda kekayaan, atau tahta yang tertinggi. Tapi, ia memilih hati bijaksana, yang bisa membuat keputusan secara benar dan bijaksana di hadapan Allah dan di depan manusia (1Raja 3:9). Firman Allah adaah sumber kebijaksanaan yang membuat manusia hidup bijaksana secara benar menurut ukuran Allah. Pakailah friman Allah dalam pengambilan keputusan.
Kedua, Mengucap syukur = kebijakan terindah. Hidup manusia dalam kebijaksanaan terlihat dalam pola hidup mengucap syukur. Semakin luas ucap syukurnya berarti semakin kuat imannya, serta semakin tinggi kualitas hidup rohaninya. Allah memanggil manusia agar hidup dalam mengucap syukur atas segala sesuatu yang dialaminya (Efesus 5:20). Segala yang terjadi adalah dalam otoritas dan berkat Allah. Oleh karenanya, manusia tidak boleh bersungut-sungut atas apa yang diterimanya. Bersungut berarti tidak rela hati menerima berkat Tuhan. Bersungut adalah sikap manusia menutup jalan berkat Tuhan, tanda hidup tidak bersyukur. Beryukur dalam kasih Kristus.
Ketiga, Sikap bijaksana = takut kepada Tuhan. Manusia yang menyatakan dirinya bijaksana seharusnya dibarengi dengan perilaku hidup takut kepada Tuhan (Mzm 111:10). Melakukan yang benar sesuai hukum dan firman Tuhan, mengucap dan bertindak jujur sebagaimana kehendak Tuhan. Takut kepada Tuhan berarti mau mengakui bahwa hidupnya dalam anugerah dan tuntunan Tuhan. Sehingga senantiasa mengucap syukur dalam doa dan ibadah setulus hati. Mau mengakui salah dan dosanya, sekaligus hidup bertobat setiap waktu. Takut kepada Tuhan adalah kebanggaan orang beriman.
Pertanyaan perenungan:
(1) “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan” (Mzm 111:10) Bagaimana penjelasan Anda atas firman Tuhan ini?
(2) Apakah sikap orang Kristen sudah menunjukkan sikap bijaksana yang benar?
(3) Sikap bijaksana apa yang akan Anda lakukan dalam 1 minggu mendatang?
Share :