Koleksi Renungan

<< Kembali

Print

Bangsa Yang Menghidupi Kerelaan

Ayat Bacaan : Yohanes 6:35, 41-51, Penulis Pdt. Kristian Haryanto, S.Si.-Teol.

14-Aug-2024

     Kerelaan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah perjuangan yang bermakna dan membaharui. Bagi bangsa ini; mungkin menjadi sebuah keprihatinan karena kerelaan dalam memberi diri, seolah menjadi barang yang mahal. Mementingkan diri sendiri, ingin lebih banyak menerima serta memuaskan hasrat dalam segala lini kehidupan dalam berbangsa bahkan bergereja. Namun dalam keadaan yang demikian, akan selalu ada harapan yang kita gantungkan kepada Allah akan pemulihan kehidupan berbangsa kita. Karenanya saat ini kita diajak untuk menghayati bulan kebangsaan ini dengan berjuang memberikan diri melalui teladan Kristus, yang memberikan diri-Nya sebagai sumber hidup umat-Nya. Kitapun kiranya dimampukan untuk saling menghidupi dan menghidupkan kerelaan itu sebagai jalan pemulihan Tuhan bagi kehidupan umat dan bangsa ini. 

     Yesus adalah Roti Kehidupan. Sebagai sumber kehidupan, yang terwujud karena kerelaan memberi diri untuk dimakan atau berkurban. Ini menarik sebab biasanya pribadi manusia akan memakan bahkan saling memakan satu dengan yang lain. Namun Yesus menempatkan dirinya sebagai yang bersedia dimakan, ini adalah sebuah kerelaan yang luar biasa. Kerelaan yang demikianlah yang membuat kita tidak akan haus dan lapar lagi; sebab Roti kehidupan jelas bukan Manna atau materi apapun yang sementara.

     Dalam kerelaan-Nya, ternyata masih ada orang-orang yang tidak senang dengan Tuhan Yesus. Banyak diantara mereka yang justru menyerang Yesus dengan tuduhan dan ujaran kebencian. Perjuangan Kristus yang tidak mudah untuk memberi diri mengingatkan kita bahwa memang tidak ad acara yang mudah dan instan sebagai manusia baru. Kita diajak untuk mengupayakan perubahan hidup yang memberikan diri sebagai makanan bagi sesama dan segala ciptaan. Bukan justru menjadikan sesama sebagai makanan untuk memuaskan nafsu kepentingan dan keegoisan kita. Memberi diri dan merelakan disini tentu bukan tindakan rela ditindas secara sembarangan tanpa ada dampak membangun dan membuat perubahan. Bukan sebuah pembully-an pada diri sendiri, namun justru melalui kerelaan dan pemberian diri kita, terjadi pembangunan dan pembaharuan diri.

     Maka tentu kita juga dalam memberi diri harus membuat orang kenyang dan hidup melalui tutur dan laku kita. Contohnya jika ada yang kelaparan untuk didengar dan diperhatikan, maka kita memberikan telinga dan hati kita untuk mendengar penuh perhatian. Jika ada yang kelaparan akan maaf dan penyesalan, maka perlu memaafkan agar dapat memberikan diri untuk merelakan luka hati agar sembuh kembali. Jika ada yang kelaparan akan kerukunan dan persekutuan karena kekecewaan, konflik dan perpecahan; maka kita diajak memberi diri menjadi rekonsiliator. Tentu masih banyak cara, kita memberikan diri dan rela untuk memulihkan kehidupan keluarga, gereja dan bangsa kita dari kekecewaan, kebencian dan perpecahan. Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin

Pertanyaan Refleksi:

1. Apa yang dapat kita lakukan untuk membangun Persekutuan yang kuat?

2. Bagaimana cara kita agar dapat rela didalam mengasihi Tuhan dan sesama?

3. Yohanes 6:35, “Akulah roti hidup, ……” Jelaskan yang dimaksud dengan roti hidup?

Share :

<< Kembali