Mengalami Pemulihan dalam Perjumpaan

Ayat Bacaan : Yohanes 21: 1-19, Penulis Pdt. Kristian Haryanto, S.Si.-Teol.
06-May-2025

Pernahkah kita merasa gagal? Pernahkah kita membuat kesalahan besar yang membuat kita malu dan merasa tidak layak? Dalam hidup ini, kita semua pasti pernah jatuh. Mungkin kita pernah mengingkari janji, menyakiti hati orang lain, atau membuat keputusan yang mengecewakan diri sendiri dan Tuhan. Itulah yang dirasakan oleh Simon Petrus. Ia pernah berjanji setia kepada Yesus, tapi pada akhirnya justru menyangkal-Nya tiga kali. Apa yang dapat kita pelajari dari bacaan kita pada hari ini? 

Perjumpaan yang Mengubahkan. Yesus tidak menunggu Petrus datang. Yesuslah yang datang menemui Petrus. Itu menunjukkan kasih yang begitu besar. Bahkan ketika kita menjauh, Yesus tetap mendekat. Ia tidak datang dengan kemarahan, tapi dengan sarapan pagi: roti dan ikan di atas api. Itu tindakan yang sederhana, tapi begitu hangat. Seperti seorang ibu yang tahu anaknya lelah, lalu menyiapkan teh manis dan nasi hangat. Yesus menyentuh hati Petrus dengan kehadiran-Nya yang lembut. Dalam kehidupan sehari-hari, pemulihan seringkali dimulai bukan dari kata-kata besar, tapi dari kehadiran yang tulus: seseorang yang mau duduk diam mendengarkan, seorang sahabat yang memeluk, atau bahkan sebuah pesan singkat yang berkata, “Aku di sini untukmu.” 

Percakapan yang Menyembuhkan. Lalu Yesus bertanya tiga kali: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Mengapa tiga kali? Karena Petrus telah menyangkal tiga kali. Yesus tidak sedang mempermalukan Petrus, tapi justru sedang menyembuhkan lukanya. Kadang kita berpikir Tuhan akan marah atas kesalahan kita. Tapi Yesus justru mengajak Petrus melihat kembali hatinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Tuhan tidak mencari kesempurnaan kita. Ia mencari kasih yang tulus, hati yang mau kembali. Dan menariknya, setiap kali Petrus menjawab, Yesus memberinya tugas: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Artinya, kasih yang sejati akan membawa kita kembali ke pelayanan, ke panggilan hidup kita. Tuhan tidak membuang orang yang gagal. Ia memulihkan, lalu mempercayakan kembali. 

Pemulihan Itu Membutuhkan Kejujuran dan Kerendahan Hati. Proses pemulihan tidak selalu nyaman. Ketika Yesus bertanya sampai tiga kali, Petrus menjadi sedih. Tapi itu bagian dari pemulihan: mengakui luka, menerima kenyataan, dan membuka diri. Dalam hidup ini, kita pun perlu jujur terhadap diri sendiri. Jangan terus menutupi luka hati, jangan pura-pura kuat. Mungkin ada yang pernah disakiti, dikhianati, atau merasa kecewa terhadap hidup. Jangan simpan sendiri. Datanglah kepada Tuhan. Dia tidak akan menghakimi, tapi akan merangkul dan menyembuhkan. 

Tuhan Menyediakan Awal yang Baru. Yesus tidak hanya memulihkan Petrus, tapi juga memanggilnya kembali: “Ikutlah Aku.” Itu adalah undangan untuk melanjutkan perjalanan iman, meski pernah jatuh. Tuhan tidak melihat masa lalu kita, tapi masa depan yang Dia sediakan. Bayangkan, orang yang pernah menyangkal Yesus malah menjadi pemimpin gereja mula-mula. Itu karena kasih karunia Tuhan lebih besar dari kegagalan manusia. 

Kita semua butuh perjumpaan pribadi dengan Tuhan. Di tengah kesibukan, di tengah kegagalan, atau bahkan di tengah keheningan, Yesus tetap hadir. Ia menanti kita di “pantai” hidup kita—di dapur rumah, di kursi gereja, atau dalam doa-doa malam yang sederhana. Jangan takut untuk datang kepada-Nya. Mungkin kita merasa tidak layak. Tapi ingat, Petrus pun begitu. Dan justru di sanalah, pemulihan dimulai dalam perjumpaan yang penuh kasih.

Pertanyaan Refleksi:
1. Pernahkah saya merasa gagal atau tidak layak di hadapan Tuhan? Apa yang saya lakukan saat itu?
2. Bagaimana perasaan saya saat tahu bahwa Yesus mau datang menemui saya, meskipun saya pernah jatuh?
3. Yesus bertanya kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Kalau Yesus bertanya hal itu kepada saya hari ini, apa jawaban saya?

===✟ Tuhan Yesus Memberkati ✟==