Kasih Sebagai Kurban Persembahan

Ayat Bacaan : Markus 12:28-34, Penulis Pdt. Kristian Haryanto, S.Si.-Teol.
04-Nov-2024

Ketika ahli Taurat datang dan bertanya kepada Tuhan Yesus “Hukum manakah yang paling utama?” mereka bertanya seperti itu, karena sebenarnya mereka ingin menguji Dia, maka Tuhan Yesus pun menjawab mereka; Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.”

Setelah Tuhan Yesus menjawab pertanyaan mereka, maka tidak ada seorangpun yang berani bertanya lagi kepada-Nya, hanya seorang ahli Taurat yang dilihat oleh Tuhan Yesus bijaksana, karena dia meresponi jawaban Tuhan Yesus dengan berkata mengasihi Allah dan manusia lebih utama daripada semua korban bakaran dan sembelihan, kemudian kepada orang itu Tuhan Yesus berkata bahwa orang itu tidak jauh dari kerajaan Allah. Sebagai seorang ahli Taurat mereka sangat memahami dan menaati hukum Taurat, tahu bagaimana mempersembahkan korban yang benar kepada Tuhan, memelihara adat istiadat, menjaga penampilannya sehingga bisa dinilai secara fisik sebagai orang yang saleh dan taat, tetapi di atas semua itu, ada yang lebih utama dan penting, dan yang dikehendaki Tuhan itulah MENGASIHI TUHAN dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan  kekuatan DAN MENGASIHI SESAMA seperti diri sendiri!

Melalui perantaraan darah Kristus, orang percaya sudah didamaikan dengan Allah. Pendamaian ini hendaknya menyucikan pula hati nurani sebagaimana dinyatakan dalam Ibrani 9:11-14. Dengan semangat pendamaian dalam hubungan yang vertikal dengan Tuhan, manusia beroleh sumber untuk hidup dalam damai dengan sesama berdasarkan kasih kepada Tuhan dan sesama. Hal ini merupakan wujud nyata kurban dan persembahan kepada Allah sebagai orang-orang yang setia dan saleh di hadapan Allah, Sang Raja atas semesta (Rut 1 & Mazmur 146).

Sebagai perwujudan kasih kepada Allah dan sesama, kita terpanggil untuk melakukan tindakan nyata yang dimulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan terdekat, dan pada saat ini juga. Salah satu bentuk kongkrit kasih itu adalah dalam merespon fenomena kehidupan bergereja yang tidak terelakkan dari konflik. Kasih akan mendorong kita untuk membiasakan diri hidup dalam budaya damai. Contoh kongkrit membudayakan damai yang dimulai dengan berhenti menyalah-nyalahkan pihak lain, membicarakan masa lalu seseorang, dan menebarkan kebencian dengan membangun opini negatif seseorang apalagi jika dibumbui dengan argumen-argumen ayat Alkitab. Serta kita diajak untuk mengembangkan kerendahan hati, komitmen pada kebaikan dan keselamatan bersama serta tetap berpengharapan di dalam Tuhan. Amin.

Pertanyaan Refleksi:
1. Mengapa mengasihi menjadi kurban persembahan yang penting?
2. Apa tantangan dalam mengasihi Tuhan dan sesama?
3. Bagaimana cara agar kita dapat mengasihi Tuhan dan sesama?

===✟ Tuhan Yesus Memberkati ✟==