Ayat Bacaan : Lukas 14:12-14, Penulis Pdt. Kristian Haryanto, S.Si.-Teol.
25-Oct-2024
Bagaimana perasaan kita ketika menerima sebuah undangan khusus pesta ulang tahun yang ternyata hanya diperuntukkan kepada kalangan terbatas? Tentu kita akan merasa sangat dihormati dan merasa tidak enak jika kelak kita melaksanakan acara yang sama, tidak mengundang orang yang pernah mengundang kita. Hal yang sama juga dialami Yesus dalam bacaan kita tetapi kesempatan itu justru dipakai Yesus untuk mengajar banyak orang pada masa itu mengenai hal mengasihi dan menyambut setiap orang termasuk para penyandang disabilitas.
Dalam sebuah jamuan makan di mana Yesus diundang oleh seorang pemimpin farisi, Yesus memberikan beberapa pengajaran penting antara lain tentang makna hukum Taurat (mengenai aturan sabat), mengenai sikap ingin dihormati dan juga sikap terbuka kepada semua orang. Bagi pemimpin farisi pemilik rumah, jamuan ini penting untuk menunjukkan posisi dan status sosial dalam masyarakat. Sebagaimana kebiasaan pada masa itu, undangan jamuan seperti itu akan berlaku sama ketika orang dari golongan yang sama melakukan jamuan. Hal ini juga lazim dalam budaya Indonesia, ketika seseorang mengundang orang lain dalam sebuah jamuan maka hal yang sama juga akan dilakukan oleh orang yang menerima undangan, jika di kemudian hari ia melaksanakan jamuan. Undangan menjadi semacam gestur penghargaan, penghormatan dan balas budi.
Yesus memakai kebiasaan ini untuk mengajar orang banyak yang hadir dalam jamuan itu bahwa yang terpenting bukan mendapatkan pengakuan atau penghormatan dari manusia tetapi dari Allah. Maka tindakan membeda-bedakan orang oleh karena strata sosial maupun kondisi diri menjadi tindakan yang tidak terpuji dan sebaliknya terbuka dan menerima semua orang menggambarkan kasih Allah yang sama bagi siapa saja. Tentu tidak mudah mengubah paradigma yang sudah melekat dalam masyarakat (bahkan juga gereja), namun ajakan Yesus ini, menunjukkan sesuatu yang sangat mendasar yaitu kasih dan undangan Allah yang berlaku bagi siapa saja termasuk orang-orang dengan disabilitas, maka tidak ada alasan bagi gereja untuk tidak memiliki sikap yang sama.
Gereja perlu terus memperlengkapi diri untuk memiliki sikap yang terbuka dan merespons dengan baik kehadiran penyandang disabilitas dalam pelayanan dan kehidupan sehari-hari, bukan karena hal tersebut menunjukkan gestur yang baik dan mulia saja, tetapi lebih dari itu gereja harus sadar bahwa seperti itulah sikap Yesus dalam perjumpaan dengan mereka. Gereja dapat memulai sikap transformatif dan pemulihan dengan menyambut setiap umat dengan cara yang sama, dengan
demikian menyediakan sarana yang menolong penyandang disabilitas untuk ikut masuk ke dalam komunitas bermakna bahwa komunitas terbuka untuk siapa saja tanpa kecuali dan menjadi tempat siapa pun untuk berpulih. Dengan demikian gereja dan keluarga-keluarga di dalamnya belajar untuk menerima siapa pun bahkan melibatkan diri bersama dalam pelayanan tanpa kecuali sebagai sahabat-sahabat yang juga dikasihi dan dihargai Allah. Mari datang, semua orang, kau diundang menerima kasih Yesus.
Pertanyaan Refleksi:
1. Bagaimana sikap kita terhadap penyandang disabilitas ?
2. Apa yang dapat Gereja lakukan untuk menolong penyandang disabilitas agar tetap menerima pelayanan ?
3. Apa makna/penjelasan dari Lukas 14:13 ?
===✟ Tuhan Yesus Memberkati ✟==